jvh
PENDAHULUAN
Sudah
banyak kita ketahui bahwa banyak sekali bahasa daerah digunakan sebagai bahasa
untuk berkomunikasi setiap harinya di masyarakat setempat, hal ini dikarenakan
tidak semua masyarakat dapat memahami penggunaan bahasa indonesia yang baku.
Masyarakat merasa canggung untuk menggunakan bahasa indonesia yang formal atau
resmi. Oleh sebab itu, masyarakat akanlebih cenderung menggunakan bahsa
indonesia yang telah tercampur oleh bahasa daerah, baik secara pengucapan
maupun arti bahsa tersebut. Kebiasaan menggunakan bahasa daerah ini sedikit
banyak akan berpengaruh terhadap penggunaan bahasa indonesia yang merupakan
bahasa resmi negara Indonesia. Sebagai warga negara indonesia yang taat kita
sebagai generasi penerus bangsa juga harus ikut serta dalam melestarikan
keanekaragaman bahasa daerah di indonesia, tidak hanya itu saja kita juga harus
ikut serta mengajarkan ilmu – ilmu budaya indonesia kepada anak cucu kita
nantinya seperti mengenalkan berbagai macam suku bangsa yang ada di indonesia
dan macam – macam rumah adat dari berbagi daerah di nusantara (Mulyana, 2008:
22).
Keanekaragaman
budaya kita seperti bahasa daerah suku bangsa, dan rumah adat tentunya bisa
saja punah jika kita sebagai generasi penerus bangsa yang sekarang ini kurang
memperhatikan kebudayaan di negara tercinta ini. Untuk itu kita semua bisa
meletarikannya misalnya dengan menggunakan bahsa daerah masing – masing. Sebab
indonesia memiliki banyak sekali kekayaan budaya yang negara lain tidak punya,
selain kekayaan budaya indonesia juga memiliki banyak pulau yang tersebar di
nusantara. Hal ini harus sangat ditekankan karena mengingat kondisi masyarakat
indonesia yang beragam dengan keanekaragaman bahasa yang dimiliki. Sebab luas
nya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa, manfaat jika
kita terus melestarikan keanekaragaman bahasa, suku,dan rumh adat menjadikan
anak cucu kita yang akan datang akan tetap mengetahuinya dikarenakan terus
mengalirnya cerita dari mulut ke mulut hingga membuat kebudayaan di indonesia
ini tetap terjaga dan dikenal luas oleh masyarakat indonesia maupun mancanegara
(Usman Zuber, 2001: 27)
KEBERAGAMAN
BAHASA DAERAH DI INDONESIA
Ragam
bahasa daerah adalah suatu bahasa yang dipakai di suatu wilayah dalam sebuah
negara kebangsaan, baik itu daerah kecil atau provinsi atau daerah yang lebih
luas. Bahasa daerah adalah bahasa yang digunakan dalam wilayah suatu negara,
oleh warga negara tersebut, yang secara angka membentuk suatu kelompok yang
lebih kecil dari populasi lainnya di negara tersebut. Indonesia ialah salah
satu negara terluas yang ada di dunia. Hingga saat ini tercatat Indonesia
berada diurutan ke-7 negara terluas di dunia dan diurutan ke-2 negara terluas
di Asia. Luas dari tanah air tercinta ini sekitar 5.193.250 km² (luas ini
mencakup semua daratan dan lautan), daerah indonesia ini terdiri dari banyak
ribuan pulau – pulau yang tersebar menyeluuh keplosok negeri mulai dari pulau
yang kecil hingga pulau besar sekalipun itu ada di NKRI (Negara Kesatuan
Republik Indonesia). Hingga saat ini tercatat jumlah penduduk indonesia saat
ini kurang lebih ada 260 juta jiwa (Usman Zuber, 2001: 41).
Dari keterangan diatas sudah pasti
negara kita tercinta ini memiliki banyak sekali keanekaragaman penduduk yang
berbeda – beda, mulai dari keanekaragaman suku, ras, agama, budaya, dan bahasa.
Kita semua tentu tahu bahwa semboyan negara indonesi adalah “Bhineka Tunggal Ika” yang memiliki arti
yang sangat baik yaitu berbeda – beda namun tetap satu jua. Semboyan negara
indonesia digunakan untuk menjadi pegangn setiap masyarakat indonesia bahwa
setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama sehingga terciptanya
kehidupan yang rukun antar warga Indonesia (Usman Zuber, 2001: 47).
Salah satu keanekaragaman yang ada di
negeri Indonesia yang paling mencolok adalah banyak keberagaman bahasa yang
dimiliki oleh masyarakat atau suatu kelompok di tiap – tiap daerah tertentu. Hingga
saat ini tercatat bahwa jumlah bahasa daerah yang dimiliki indonesia mencapai
742 bahasa, dari keseluruhan bahasa tersebut sudah tersebar keseluruh pelosok
daerah negeri Indonesia. Rupanya terbentuknya banyak ragam bahasa daerah di
Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor budaya, faktor sejarah,
faktor demografi, keterbukaan terhadap budaya atau bahasa luar. Dari semua
faktor tersebut terdapat satu faktor yang paling penting dan berpengaruh ialah
keterbukaan terhadap budaya atu bahasa luar, sebab biasanya masyarakat sering
mencampur dan mengkombinasi bahasa setempatnya dengan bahasa asing dari luar
daerah yang masuk, sehingga dengan lambat laun bahasa asing yang masuk akan
terbiasa digunakan dan menjadi bahasa yang mudah diapahami oleh masyarakat yang
mendiami daerah tersebut. Keanekaragaman bahasa daerah di Indonesia ini
memiliki beberapa manfaat yaitu (1) keanekargaman dan perbedaan dalm budaya
maupun bahasa itu agar antar sesama manusia saling mengenal satu sama lain, (2)
dapat memperkaya nilai – nilai budaya bangsa Indonesia, dan (3) dapat dijadikan
suatu ciri khas di tiap – tiap daerah bahwa setiap daerah memiliki bahasa
daerahnya masing – masing (Mulyana, 2008: 32-37).
Keberagaman bahasa daerah yang terdapat
di tanah air tercinta ini harus kita hargai dan patut untuk dibanggakan, karena
tidak semua negara memiliki keragaman bahasa seperti Indonesia. Kita bisa
menghargai keberagaman bahasa daerah di Indonesia dengan cara – cara berikut:
(1) Bangga dengan keunikan bahasa daerah di Indonesia, (2) Mengetahui keragaman
bahasa daerah di Indonesia, (3) Menghargai orang yang menggunakan bahasa daerah,
(4) Mendukung pertunjukan seni dengan bahasa daerah, dan (5) Melestarikan
keberadaan bahasa daerah di Indonesia. Berikut dibawah ini tabel Bahasa Daerah di
Indonesia (Usman Zuber, 2001: 49).
NO
|
PROVINSI
|
BAHASA
DAERAH
|
1
|
Aceh
|
Aceh,
Tamiang, Gayo
|
2
|
Sumatera
Utara
|
Batak,
Nias, Melayu
|
3
|
Sumatera
Barat
|
Melayu,
Minang
|
4
|
Riau
|
Melayu
|
5
|
Kepulauan
Riau
|
Melayu
|
6
|
Kepulauan
Bangka Belitung
|
Melayu
Bangka
|
7
|
Jambi
|
Kerinci,
Kubu, Bajau
|
8
|
Sumatera
Selatan
|
Palembang,
Penesak, Musi
|
9
|
Bengkulu
|
Serawai,
Rejang, Lebak
|
10
|
Lampung
|
Melayu,
Lampung
|
11
|
Banten
|
Sunda,
Banten, Badui
|
12
|
DKI
Jakarta
|
Betawi
|
13
|
Jawa Barat
|
Sunda,
Cirebonan
|
14
|
Jawa
Tengah
|
Jawa
|
15
|
DI
Yogyakarta
|
Jawa
|
16
|
Jawa Timur
|
Jawa,
Madura, Osing
|
17
|
Bali
|
Bali
|
18
|
Nusa
Tenggara Barat
|
Sasak,
Bima, Sumbawa
|
19
|
Nusa
Tenggara Timur
|
Alor,
Ende, Sumba
|
20
|
Kalimantan
Barat
|
Dayak,
Melayu
|
21
|
Kalimantan
Tengah
|
Dayak,
Melayu, Bakumpai
|
22
|
Kalimantan
Selatan
|
Banjar,
Melayu, Dayak
|
23
|
Kalimantan
Utara
|
Tidung, Dayak,
Bulungan
|
24
|
Kalimantan
Timur
|
Kutai,
Dayak, Banjar
|
25
|
Sulawesi
Barat
|
Bugis,
Mandar, Toraja
|
26
|
Sulawesi
Selatan
|
Makassar,
Mandar, Toraja
|
27
|
Sulawesi
Tenggara
|
Muna-Butung,
Bunku-Laki
|
28
|
Sulawesi
Tengah
|
Toli-Toli,
Balantak, Banggai
|
29
|
Sulawesi Utara
|
Minahasa,
Sangir, Talaud
|
30
|
Gorontalo
|
Gorontalo,
Atingola, Suwana
|
31
|
Maluku
|
Ambon,
Buru, Banda
|
32
|
Maluku
Utara
|
Tidore,
Ternate, Makian
|
33
|
Papua
|
Asmat,
Dani, Biak
|
34
|
Papua
Barat
|
Asmat,
Dani, Arfak
|
ASAL – USUL TELAGA WARNA
Telaga warna adalah salah satu danau yangyang
terbuat secara alami yang terletak
dikabupaten wonosobo, Jawa Tengah. Didalam telaga warna ini terdapat 2 warna
yang sangat dominan yaitu warna hijau dan biru. Warna air di telaga warna ini
terjadi karena terdapat kawah didasar telaga warna tersebut. Tetapi yang
anehnya lagi walaupun didasar telaga warna ini airnya tetap dingin walaupun
terdapat kawahnya. Warna air dalam telaga warna ini pun dapat berubah sewaktu-
waktu, kejadian unik ini terjadi karena
dipengaruhi oleh sinar matahari yang
menyinari telaga warna tersebut. Pemandangan di telaga warna sangat
untuk dilihat mata karena suasananya yang masih sangat alami dan tenang dan
menjadikn tempat ini sebagai salahsatu tempat yang pas untuk dijadikan liburan
bersama keluarga. Dibawah adalah cerita mengenai asal – usul terbentuknya telaga warna (Eni
Suhaeni, 2016: 2).
Zaman
dahulu ada sebuah kerajaan yang berlokasi di jawa barat, kerajaan itu bernama Kutatanggeuhan.
Kerajaan kutatanggeuhan ini merupakan kerajaaan yang sangat makmur dan damai.
Seluruh rakyatnya hidup dengan tenang dan sejahtera sebab kerajaan ini dipimpin
oleh raja yang bijaksana yaitu Raja Kutatanggeuhan yang bernama Prabu
Suwartalaya dan permaisurinya bernama Ratu Purbamanah. Raja dan ratu sangat
bijaksana sehingga kerajaan yang di pimpim menjadi makmur, sejahtera, dan
tentram (Eni Suhaeni, 2016: 3).
Pada
kerajaan itu semua terasa bahagia dan senang karena melihat kondisi kerajaan yang
makmur dan tenang. Tetapi sayangnya ada yang kurang lengkap bagi kerajaan itu
yaitu raja dan ratu belum memiliki keturunan setelah 10 tahun menikah, hal ini
membuat raja dan ratu menjadi sangat sedih. Untuk mengatasi kesedihan yang
terus berlarut – larut penasihat kerajaan menyarankan untuk mengangkat seorang
anak. Tetapi raja dan ratu menolak dengan alasan lebih menginginkan anak
kandung dari pada anak angkat (Eni Suhaeni, 2016: 4).
Hal ini
membuat ratu sering murung dan menangis. Raja pun ikut sedih melihat istrinya,
lalu raja pergi ke hutan untuk bertapa. Di sana raja terus berdo’a agar
dikaruniai seorang anak. Ternyata setelah beberapa bulan kemudian, keinginan raja
dan ratu terkabulkan. Ratu pun mulai hamil, kabar gembira ini dengan cepat
menyebar keseluruh rakyat kerajaan hingga membuat seluruh rakyat di kerajaan
itu senang sekali, para rakyat menunjukan rasa senang mereka kepada raja dan
ratu dengan memberikan hadiah yang begitu banyak ke kerajaan (Eni Suhaeni,
2016: 6).
Setelah
menunggu masa kehamilan Sembilan bulan kemudian, Ratu melahirkan seorang putri
cantik yang diberi nama Gilang Rukmini. Penduduk negeri kerajaan kutatanggeuhan
pun kembali mengirimi putri kecil itu aneka hadiah. Bayi itu tumbuh menjadi
anak yang lucu, belasan tahun kemudian ia sudah menjadi remaja yang cantik
jelita (Eni Suhaeni, 2016: 7).
Raja
dan Ratu sangat menyayangi putri mereka. Apapun yang Gilan Rukmini minta raja
dan ratu selalu mengabulkannya, tetapi hal itu membuatnya menjadi gadis yang dimanja.
Jika keinginannya tidak terpenuhi gadis itu akan marah dan bahkan sering berkata
kasar walaupun begitu, orangtua dan rakyat di kerajaan itu mencintainya (Eni
Suhaeni, 2016: 7).
Hari demi
hari berlalu, hingga suatu saat putri pun tumbuh menjadi gadis tercantik di
seluruh negeri. Dalam beberapa hari Putri akan berusia 17 tahun. Maka para
penduduk di negeri itu pergi ke istana untuk membawa bermacam – macam hadiah
yang sangat indah. Raja mengumpulkan hadiah-hadiah yang sangat banyak itu dan
menyimpannya dalam ruangan istana, sewaktu-waktu ia bisa menggunakannya untuk
kepentingan rakyat (Eni Suhaeni, 2016: 9).
Hadiah
yang diberikan oleh rakyat kepada kerajaan pun akhirnya dibuka oleh raja, dan
raja hanya mengambil hadiah sedikit emas dan batu permata. Kemudian raja
membawa emas dan batu permata itu ke ahli perhiasan untuk dibuatkan kalung yang
sangat indah dan elegan untuk putrinya. Tujuan raj membuatkan kalung itu karena
ingin menciptakan sebuah kalung yang paling indah di dunia, sebab raja sangat
menyayangi putrinya (Eni Suhaeni, 2016: 10).
Hari
ulang tahun putri pun tiba sampai seluruh penduduk negeri berkumpul di
alun-alun istana, ketika raja dan Ratu datang orang menyambutnya dengan
gembira. Sambutan hangat makin terdengar ketika Putri yang cantik jelita muncul
di hadapan semua orang dan semua orang mengagumi kecantikannya. Prabu lalu berdiri
dari kursinya untuk membrikan kalung yang indah sudah dipegangnya. Lalu raja
mengatakan “Putriku tercinta, hari ini aku berikan kalung ini untukmu. Kalung
ini pemberian orang-orang dari penjuru negeri. Mereka sangat mencintaimu, mereka
mempersembahkan hadiah ini karena mereka gembira melihatmu tumbuh jadi dewasa.
Pakailah kalung ini, Nak,” kata raja (Eni Suhaeni, 2016: 12).
Putri pun
menerima kalung itu kemudian ia melihat kalung itu dengan sekilas dan berkata “Aku
tak mau memakainya. Kalung ini jelek!” seru Putri. Lalu putri melempar kalung
itu hingga emas dan batu permatanya pecah dan tersebar berserakan dilantai
kerajaaan. Hal itu sungguh mengejutkan seluruh rakyat kerajaan dan mereka pun
tak menyangka putri bisa melakukan hal seperti itu, hinga dengan sketika suasana
yang tadinya senang dan gembira kini menjadi mendadak hening. Sampai pada
puncaknya ratu pun menangis melihat kelakuan putrinya yang seperti itu da pada
akhirnya seluruh rakyat pun ikut menangis, dan air mata ratu dan rakyat pun
membasahi lantai kerajaan hingga membanjiri istana karena mereka menangis tidak
berhenti – henti, dan pada puncaknya tiba – tiba keluar air dari dalam tanah
dengan kecepatan yang sangat deras dan makin lama semaki banyak air hingga
akhirnya kerajaan kutatanggeuhan tenggelam dan terciptalah danau yang sangat
indah yang diberinama telaga warna. Masyarakat di sekitar telaga warna ini mengatakan
warna-warna itu berasal dari kalung Putri yang tersebar di dasar telaga (Eni
Suhaeni, 2016: 15).
PERMAINAN MENGAHAFAL SUKU BANGSA DAN RUMAH ADAT
Suku
bangsa adalah bagian dari suatu bangsa. Suku bangsa memiliki ciri – ciri yang
mendasar. Ciri – ciri itu biasanya berkaitan dengan asal – usul dan kebudayaan.
Ada beberapa ciri – ciri yang dapt digunakan untuk mengenal suku bangsa, yaitu
ciri fisik, bahas, adat istiadat, dan kesenian yang sama. Contoh dari fisik
adalah warna kulit, rambut, wajah, dan bentuk badan. Hal inilah yang dapat
membedakansatu suku bangsa dengan suku bangsa yang lainnya. Suku bangsa
merupakan sekumpulan kerabat terluas, mereka percaya bahwa mereka berasal dari
satu keturunan yang sama (Zulyani Hidayah, 2015: 34).
Rumah
adat adalah bangunan yang memiliki ciri khusus dan dapat digunakan sebagai
tempattinggal oleh suatu suku bangsa tertentu. Rumah adat adalah salah satu representasi
kebudayaan yang paling tinggi dalam sebuah suku/masyarakat. Keberadaan rumah
adat ini sendiri di indonesia sangat beragam dan mempunyai artiyang penting
dalam perspektif sejarah, warisan, dan kemajuan suku / masyarakat dalam sebuah
peradaban. Rumah adat di indonesia memiliki bentuk dan arsitektur masing –
masing daerah sesuai dengan budaya adat lokal setempat. Rumah adat pada umumnya
dihiasi ukiran – ukiran indah, pada jaman dahulu rumah adat yang paling indah
biasanya dimiliki oleh para keluarga kerajaan atau ketua adat, umumnya rumah
adat dibangun menggunakan kayu – kayu pilihan dan pengerjaanya dilakukan secara
tradisonal (Kiki Ratnaning Arimbi, 2017: 15).
Untuk
lebih mengenal suku bangsa dan rumah adat yang ada di indonesia marilah
perhatikan tabel suku bangsa dan rumah adat dibawah ini.
No
|
PROVINSI
|
NAMA SUKU
|
RUMAH ADAT
|
1
|
Nangroe Aceh Darussalam
(Banda Aceh)
|
Aceh, Gayo, Alas, Kluet, Melayu .
|
Rumoh Aceh, Rumah Krong Pade atau
Berandang
|
2
|
Sumatera Utara
(Medan)
|
Batak, Melayu.
|
Rumah Balai Batak Toba
|
3
|
Sumatera Barat
(Padang)
|
Minangkabau, Melayu, dan Mentawai.
|
Rumah Gadang
|
4
|
Riau
(Pekan Baru)
|
Melayu.
|
Rumah Melayu Selaso Jatuh Kembar.
|
5
|
Kepulauan Riau
(Tanjung Pinang)
|
Melayu, Siak, Kerinci.
|
Rumah Selaso Jatuh Kembar
|
6
|
Jambi
(Jambi)
|
Batin, Melayu, Jambi.
|
Rumah Panggung
|
7
|
Sumatera
Selatan
(Palembang)
|
Melayu, Komering, Ogan, Musi, dan
Ranau.
|
Rumah Limas
|
8
|
Bangka Belitung
(Pangkal Pinang)
|
Melayu.
|
Rumah Rakait dan Rumah Limas
|
9
|
Bengkulu
(Bengkulu)
|
Rejang, Serawai, Melayu,Mukomuko, Ketahun.
|
Rumah Rakyat
|
10
|
Lampung
(Bandar Lampung)
|
Pesisir,
Pubian, Sungkai, Semenda, Seputih, Tulang Bawang, Krui Abung, Pasemah, Lampung
(Sebatin dan Pepadun)
|
Rumah Nuwou Sesat
|
11
|
DKI Jakarta
(Jakarta)
|
Betawi, Jawa, Sunda, dll.
|
Rumah Kebaya
|
12
|
Jawa Barat
(Bandung)
|
Sunda.
|
Rumah Kasepuhan Cirebon
|
13
|
Banten
(Serang)
|
Baduy, Sunda, dan Banten.
|
Rumah Badui
|
14
|
Jawa Tengah
(Semarang)
|
Jawa,
Karimun, dan Samin.
|
Padepokan Jawa Tengah
|
15
|
DI Yogyakarta
(Yogyakarta)
|
Jawa.
|
Rumah Joglo
|
16
|
Jawa Timur
(Surabaya)
|
Jawa
dan Madura.
|
Rumah Situbondo
|
17
|
Bali
(Denpasar)
|
Bali Aga dan Bali Majapahit.
|
Rumah Gapura Candi Bentar
|
18
|
Nusa Tenggara Barat
(Mataram)
|
Sasak, Dongo, Kore, Sumba.
|
Rumah Istana Sultan Sumbawa
|
19
|
Nusa Tenggara Timur
(Kupang)
|
Sumba,
Rote, Bima, dan Flores.
|
Rumah Musalaki
|
20
|
Kalimantan Barat
(Pontianak)
|
Dayak, Punau, Ngaju, dan Mbaluh.
|
Rumah
Panjang
|
21
|
Kalimantan Tengah
(Palangkaraya)
|
Dayak,Kapuas,
Danum, dan Lawangan.
|
Rumah Betang
|
22
|
Kalimantan Selatan
(Banjarmasin)
|
Bakumpai,
Banjar, dan Dayak.
|
Rumah Banjar Bubungan Tinggi
|
23
|
Kalimantan Timur
(Samarinda)
|
Ngaju, Murut,
Dayak, Kutai.
|
Rumah Lamin
|
24
|
Kalimantan Utara
(Tanjung Selor)
|
Bulungan,
Tidung, Dayak dan Banjar.
|
Rumah Adat Baloy
|
25
|
Sulawesi Utara
(Manado)
|
Minahasa,
Gorontalo, Ternate, Morotai, Loda, Halmahera, Tidore.
|
Rumah Pewaris
|
26
|
Sulawesi Barat
(Kota Mamuju)
|
Mandar,
Toraja, Bugis, Jawa, Makassar, dll.
|
Rumah
Mandar
|
27
|
Sulawesi Tengah
(Palu)
|
Buol,
Toli-toli, Tomini, Dompelas, Kaili, Kulawi, Lore, Balantak, Banggai, dan
Balatar
|
Rumah Tambi
|
28
|
Sulawesi Tenggara
(Kendari)
|
Mapute,
Mekongga, Tolaki, Buton, dan Bugis
|
Rumah
Istana Buton dan Laikas
|
29
|
Sulawesi Selatan
(Makassar)
|
Mandar,
Bugis, Toraja, Bugis, dan Makassar.
|
Rumah Tongkonan.
|
30
|
Gorontalo
(Gorontalo)
|
Gorontalo,
Suwawa, Manado,dan Polahi.
|
Rumah
Dulohupa dan Rumah Pewaris
|
31
|
Maluku
(Ambon)
|
Buru,
Banda, Ambon, dan Togitil.
|
Rumah
Baileo
|
32
|
Maluku Utara
(Ternate sekarang Sofifi)
|
Halmahera,
Obi, Morotai, Ternate, Bacan, Module, Pagu, Makian Barat, Kao, Buli, Patani
|
Rumah
Baileo
|
33
|
Papua Barat
(Kota Manokwari)
|
Arfak,
Asmat, Dani, dan Sentan.
|
Rumah Honai
|
34
|
Papua
(Jayapura)
|
Sentani,
Dani, Amungme, Asmat, dan Tobati.
|
Rumah Honai
|
Disini
saya akan memberikan sebuah permainan yang akan membuat siswa SD/MI lebih mudah
untuk menghafal nama – nama suku bangsa dan
rumah adat dengan menggunakan teknik permainan bernyanyi untuk menghafal
nama suku bangsa, dan teknik permainan tempel rumah adat sesuai dengan
provinsinya di peta indonesia, karena biasanya seorang siswa SD/MI akan cenderung
kurang bisa mengahafal nama suku bangsa dan rumah adat yang jumlahnya begitu
banyak menggunakan teknik membaca saja, jadi disini saya akan mencoba memvariasikan
cara untuk mengahafalkan suku bangsa dan rumah adat menggunakan permainan (Kiki
Ratnaning Arimbi, 2017: 17-36).
Langkah
– langkah teknik permainan (1) siapkan potongan kertas bergambar rumah adat
dari seluruh provinsi di indonesia, (2) siapkan kertas kaeton yang sudah diberi
gambar peta indonesia, (3) bagikan potongan kertas bergambar rumah adat ke 34
siswa, (4) berikan instruksi kepada peserta didik untuk menempelkan dan
mencocokan gambar mana yang sesuai dengan letak provinsinya, (5) sebelum
peserta didik maju menempelkan gambar rumah adat, beri instruksi untuk
menyebutkan nama dari rumah adat yang akan ditempelkan pada pada peta indonesia
(http://medita21.blogs.uny.ac.id/2017/09/15/resensi-buku-mengajar-lewat-permainan/).
Lagu suku
bangsa indonesia (1) mari kita menghafal suku di indonesia, (2) meski berbeda –
beda tetap satu negara, (3) asmat dari papua batak dari sumatra, (4)
minangkabau juga dari sumatra, (5) banjar dari kalimantan, suku sunda dari
jawa, (6)bugis dari sulawesi, suku gayo dari aceh, (7) bhineka tunggal ika
semboyan indonesia, (8) rukun bersatu indonesia jaya (https://www.youtube.com/watch?v=LPwroCsmcjU).
KESIMPULAN
Salah satu keanekaragaman yang ada di
negeri Indonesia yang paling mencolok adalah banyak keberagaman bahasa yang
dimiliki oleh masyarakat atau suatu kelompok di tiap – tiap daerah tertentu.
Rupanya terbentuknya banyak ragam bahasa daerah di Indonesia disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu faktor budaya, faktor sejarah, faktor demografi, keterbukaan
terhadap budaya atau bahasa luar. Keanekaragaman bahasa daerah di Indonesia ini
memiliki beberapa manfaat yaitu (1) keanekargaman dan perbedaan dalm budaya
maupun bahasa itu agar antar sesama manusia saling mengenal satu sama lain, (2)
dapat memperkaya nilai – nilai budaya bangsa Indonesia, dan (3) dapat dijadikan
suatu ciri khas di tiap – tiap daerah bahwa setiap daerah memiliki bahasa
daerahnya masing – masing.
Pada kondisi saat ini, kebudayaan mulai
ditinggalkan bahkan sebagian masyarakat Indonesia malu akan kebudayaanya
sebagai jati diri sebuah bangsa. Hal ini dapat mengakibatkan hilangnya
keanekaragaman budaya Indonesia secara perlahan – lahan, yan tidak terlepas
dari pengaruh budaya luar. Generasi muda dari sekolah dasar hingga mahasiswa
harus senantiasa menjaga kelestaraian keanekaragaman budaya yang kita miliki
seperti keanekaragaman bahasa daerah, cerita rakyat, suku bangsa, dan rumah
adat. Perkembangan teknologi yang semakin lama semakin canggih serta
perdagangan bebas yang telah terjadi di dunia khususnya indonesia telah
meracuni moral anak bangsa dan tata krama, adat budaya indonesia yang dulu
katanya kaya akan budayannya kini terhapus semua oleh namanya kemajuan zaman.
Kebudayaan merupakan kekayaan suatu bangsa, semakin banyak macamnya kebudayaan
itu semakin kaya bangsa itu. Untuk itu
pemahamn akan kebudayaan harus ditanamkan sejak dini, agr para generasi muda
dapat melestarikan dan melindungi kebudayaan bangsa sendiri dari bahaya pihak
luar.
DAFTAR PUSTAKA
Arimbi,
Kiki Ratnaning. 2017. Berselancar Ke 34
Rumah Adat Indonesia, Yuk!. Jakarta Timur: Badan Pengembangandan Pembinaan
Bahasa
Hidayah,
Zulyani. 2015. Ensiklopedia Suku Bangsa
Di Indonesia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Mulyana.
2008. Pembelajaran Bahasa Dan Sastra
Daerah Dalam Kerangka Budaya. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Suhaeni,
Eem. 2016. Misteri Telaga Warna. Jakarta
timur: Badan Pengembangan Dan Pembinaan
Bahasa
Zuber, Usman. 2001. Bahasa
Persatuan. Jakarta: Gunung Agung.
https://www.academia.edu/6207906/Keragaman_Suku_Bangsa_dan_Budaya_Nama-nama_suku_bangsa_di_Indonesia
https://www.youtube.com/watch?v=LPwroCsmcjU
http://medita21.blogs.uny.ac.id/2017/09/15/resensi-buku-mengajar-lewat-permainan/
Komentar
Posting Komentar